TUGAS 54
Kata fungsional disini hakekatnya ini bukanlah sebuah teori, melainkan
suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan teori. Beberapa
teori komunikasi menggunakan perspektif fungsional ini.
Teori-teori Struktural dan Fungsional
Bagian
ini memasukkan kelompok utama pendekatan-pendekatan yang tergabung
secara samar dalam ilmu sosial. Meski makna istilah strukturalisme dan
fungsionalisme kurang begitu tepat, tetapi keduanya percaya bahwa
struktur sosial adalah hal yang nyata dan berfungsi dalam cara yang
dapat diamati secara objektif.
Sebagai contoh, pengamat komunikasi
mungkin berasumsi bahwa hubungan personal merupakan sesuatu yang nyata
dengan bagian-bagian yang disusun secara khusus, seperti juga rumah yang
merupakan suatu yang nyata dengan material yang disusun sesuai rencana.
Disini hubungan dilihat sebagai struktur sosial. Pengamat akan
berasumsi lebih jauh bahwa hubungan yang ada bersifat tidak statis
tetapi memiliki atribut seperti ikatan, ketergantungan, kekuatan,
kepercayaan dan sebagainya.
Meskipun
strukturalisme dan fungsionalisme seringkali digabung, tetapi keduanya
tetap berbeda dalam penekanannya. Strukturalisme yang berakar pada
linguistik, menekankan pada organisasi bahasa dan sistem sosial.
Fungsionalisme yang berakar pada biologi, menekankan pada cara-cara
sistem yang terorganisasi bekerja untuk menunjang dirinya. Sistem
terdiri atas variabel-variabel yang berhubungan timbal balik dengan
variabel lain dalam sebuah fungsi network. Perubahan pada satu variabel
akan mengakibatkan perubahan pada yang lain. Peletakan dua pendekatan
ini secara bersama-sama menghasilkan suatu gambaran sistem sebagai
struktur elemen dengan hubungan yang fungsional. Sebagai contoh,
beberapa peneliti komunikasi organisasi menggunakan pendekatan
struktural-fungsional dalam kerja mereka. Mereka melihat organisasi
sebagai suatu sistem dimana bagian-bagian yang terkait membentuk
departemen, tingkatan, perilaku umum, suasana, aktivitas kerja dan
produk.
Pendekatan teoritik yang paling umum dari komunikasi yaitu
teori sistem. Teori sistem dan dua bidang yang berhubungan, sibernetika
dan teori informasi, menyajikan perspektif yang luas mengenai cara
memandang dunia. Teori sistem berkaitan dengan saling keterhubungan
antara bagian-bagian dari suatu organisasi.
Apakah Sistem itu ? Suatu
sistem merupakan serangkaian hal yang saling berhubungan satu sama lain
dan membentuk suatu keseluruhan. Suatu sistem terdiri dari empat unsur.
Yang pertama yaitu obyek. Obyek adalah bagian, elemen, atau variabel
dari sebuah sistem. Bagian tersebut dapat berupa fisik atau abstrak atau
keduanya, bergantung pada hakekat sistem. Kedua, sistem terdiri dari
sifat, kualitas, atau ciri dari sistem dan obyeknya. Ketiga, suatu sisem
mempunyai hubungan internal diantara obyek-obyeknya. Ini merupakan
karakteristik penting yang membatasi kualitas sistem dan merupakan tema
utama yang akan diuraikan secara rinci pada bab ini. Keempat, sistem
mempunyai lingkungan. Sistem tidak muncul dalam ruang kosong tetapi
dipengaruhi oleh lingkungannya.
Keluarga merupakan contoh sebuah
sistem, anggota keluarga adalah obyek sistem. Karakteristik sebagai
individu merupakan atribut, dan interaksinya membentuk keterhubungan
antar anggota. Setiap keluarga berada dalam lingkungan sosial dan
budaya, dan ada pengaruh timbal balik antara keluarga dan lingkungannya.
Anggota keluarga bukanlah perorangan yang terpisah, keterhubungan
mereka harus dipertimbangkan untuk memahami keluarga secara penuh
sebagai suatu kesatuan.
Salah satu pembedaan yang paling umum yaitu
antara sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem tertutup tidak
melakukan saling pertukaran dengan lingkungannya. Sistem tersebut
bergerak menuju kekacauan internal, disintegrasi, dan kematian. Model
sistem tertutup paling sering diterapkan untuk sistem fisika seperti
binatang, yang tidak mempunyai kualitas kelangsungan hidup. Sistem
terbuka menerima zat dan energi dari lingkungannya dan meneruskannya
kembali pada lingkungannya. Sistem terbuka diorientasikan kearah
kehidupan dan pertumbuhan. Sistem biologis, psikologis dan sosial
mengikuti model terbuka, dan sistem yang dibicarakan pada bab ini
sepenuhnya adalah jenis terbuka.
Salah satu aplikasi teori system dalam bidang ilmu komunikasi yaitu yang digunakan oleh teori kebutuhan hubungan interpersonal.
• teori kebutuhan hubungan interpersonal
Teori sistem dan komunikasi dalam hubungan
Salah
sastu bagian dalam lapangan komunikasi yang dikenal sebagai relational
communication sangat dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini
adalah asumsi bahwa fungsi komunikasi interpersonal untuk membuat,
membina, dan mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada gilirannya akan
mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.
Poin ini berdasar pada
gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan struktur
hubungan. Dlaam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian
tidak membentuk sebuah sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu
dengan anggota lainnya, pola yang dihasilkan memberi bentuk pada
keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas diadopsi dalam
lapangan komunikasi. Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata uang;
saling menentukan satu sama lain.
Seorang Antropolog Gregory Bateson
adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya dikenal dengan
komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua proposisi
mendasar pada mana kebanyakan teori relasional masih bersandar. Pertama
yaitu sifat mendua dari pesan: setiap pertukaran interpersonal membawa
dua pesan, pesan “report” dan pesan “command”. Report message mengandung
substansi atau isi komunikasi, sedangkan command message membuat
pernyataan mengenai hubungan. Dua elemen ini selanjutnya dikenal sebagai
“isi pesan” dan “pesan hubungan”, atau “komunikasi” dan
“metakomunikasi”.
Pesan report menetapkan mengenai apa yang
dikatakan, dan pesan command menunjukkan hubungan diantara komunikator.
Isi pesan sederhana seperti “I love you” dapat dibawakan dalam berbagai
cara, dimana masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda mengenai
hubungan. Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi,
submissive, pleading (memohon), meragukan, atau mempercayakan. Isi
pesannya sama, tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada tiap kasus.
Proposisi
kedua Bateson yaitu bahwa hubungan dapat dikarakterisasi dengan
komplementer atau simetris. Dalam hubungan yang komplementer, sebuah
bentuk perilaku diikuti oleh lawannya. Contoh, perilaku dominan seorang
partisipan memperoleh perilaku submissive dari partisipan lain. Dalam
symmetry, tindakan seseorang diikuti oleh jenis yang sama. Dominasi
ketemu dengan sifat dominan, atau submissif ketemu dengan submissif.
Disini
kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur
dalam sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis
hubungan yang mereka miliki. Sistem yang mengandung serangkaian pesan
submissif akan sangat berbeda dengan yang mengandung rangkaian pesan
yang besifat dominasi. Dan struktur pesan yang mencampur keduanya adalah
berbeda pula.
Meski Bateson seorang pakar antropologi, gagasannya
dengan cepat dibawa kedalam psikiatri dan diterapkan pada hubungan
patologis. Beberapa peneliti komunikasi memanfaatkan kerja Bateson dan
kelompoknya. Aubrey Fisher, salah satu yang dikenal baik dari kelompok
ini, sebagai pemimpin teoritisi sistem. Dalam buku Perspectives on Human
Communication dia menerapkan konsep sistem kedalam komunikasi.
Analisa
Fisher dimulai dengan perilaku seperti komentar verbal dan tindakan
nonverbal sebagai unit terkecil analisa dalam sistem komunikasi.
Perilaku yang dapat diamati ini dapat dilihat atau didengar dan
merupakan satu-satunya ekspresi pemikiran bagi keterhubungan individu
dalam sistem komunikasi. Dari sudut pandang sistem, perilaku itu sendiri
adalah apa yang dihitung, dan struktur hubungan terdiri atas pola
perilaku yang tersusun ini. Dengan kata lain, hubungan kita dengan orang
lain ditentukan oleh bagaimana kedua kita bertindak dan apa yang kita
katakan.
Pola komunikasi dibentuk oleh sekuen tindakan. Ketika kita
berkomunikasi kita bertindak dan bereaksi dalam sekuen, jadi interaksi
adalah arus pesan. Fisher percaya bahwa arus bicara dengan dirinya
sendiri mengatakan sedikit mengenai komunikasi, sehingga harus dipecah
kedalam unit-unit yang mengandung tindakan dan respon. Fisher
mengembangkan metode untuk mengetahui semua pola percakapan, yang
terdiri atas pesan-pesan penyandian, sehingga pola respon dapat
ditetapkan.
Unit yang paling dasar dari komunikasi dipakai Fisher
adalah interact, atau rangkaian dua pesan yang bersambungan diantara dua
orang. Contohnya yaitu pertanyaan dari orang pertama diikuti oleh
jawaban dari orang kedua. Pertanyaan yang diikuti oleh jawaban akan
berbeda dari permintaan yang diikuti persetujuan. Permintan yang diikuti
oleh penawaran adalah berbeda dari suggestion atau saran yang diikuti
oleh keberatan. Interaksi dikombinasikan kedalam unit yan glebih besar
disebut double interact (tiga tindakan), dan selanjutnya dikombinasi
lagi kedalam triple interact (empat tindakan). Struktur dari keseluruhan
interaksi merupakan rangkaian interaksi yang makin lama makin membesar.
Kebanyakan
kerja Fisher melibatkan pembuatan keputusan dalam kelompok kecil. Dalam
risetnya dia menyandi apa yang orang katakan dalam diskusi kelompok dan
menganalisa interaksi ini dalam cara yang seluruh pola, atau struktur
dari diskusi dapat digambarkan. Fisher menunjukkan bagaimana interaksi
berkombinasi dengan bentuk fase pemuatan keputusan kelompok.
Diantara
periset yang terkenal dalam komunikasi relasional adalah Edna Rogers
dan Frank Millar. Kerja Millar dan Rogers merupakan aplikasi langsung
dari gagasa Bateson dan konsisten dengan teori Fisher. Secara khusus,
mereka bertanggung jawab bagi pengembangan metode riset mengenai
pengkode-an dan pengelompokan pola relasional. Seperti Fishe, Millar dan
Rogers mengamati percakapan dan kode tindakan komunikasi dalam suatu
cara yang membiarkan mereka menemukan pola yang diciptakan melalui
interaksi. Dari risetnya mereka mengembangkan teori yang menunjukkan
bagaimana hubungan mengandung struktur kontrol, kepercayaan, dan
keakraban..
• teori disonansi kognitif
Teori Leon Festinger
mengenai dissonansi kognitif merupakan salah satu teori yang paling
penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun teori ini
menghasilkan sejumlah riset dan mengisi aliran kritik, interpretasi, dan
extrapolasi.
Festinger mengajarkan bahwa dua elemen kognitif
termasuk sikap, persepsi, pengetahuan, dan perilaku. Tahap pertama yaitu
posisi nol, atau irrelevant, kedua yaitu konsisten, atau consonant dan
ketiga yaitu inkonsisten, atau dissonant. Dissonansi terjadi ketika
satu elemen tidak diharapkan mengikuti yang lain. Jika kita pikir
merokok itu berbahaya bagi kes ehatan, mereka tidak berharap kita
merokok. Apa yang konsonan dan dissonan bagi seseorang tidak bisa
berlaku b agi orang lain. Jadi kita harus selalu menanyakan apa yang
konsisten dan yang tidak konsisten dalam sistem psik ologis orang itu
sendiri.
Dua premis yang menolak aturan teori dissonansi. Pertama
yaitu bahwa dissonansi menghasilkan ketegangan atau penekan an yang
menekan individu agar berubah sehingga dissonansi terkurangi. Kedua,
ketika dissonansi hadir, indivi du tidak hanya berusaha menguranginya,
melainkan juga akan menghindari situasi dimana dissonansi tambahan
bisa dihasilkan.
Semakin besar dissonansi, semakin besar kebutuhan
untuk menguranginya. Contoh, semakin perokok tidak konsisten dengan
pengetahuannay mengenai efek negatif merokok, semakin besar dorongan
untuk berhenti merokok. Dissonansi itu sendiri merupakan hasil dari dua
variabel lain, kepentingan elemen kognitif dan sejumlah elemen yang
terlibat dalam hubungan yang dissonan. Dengan kata lain, jika kita
mempunyai beberapa hal yang tidak konsisten dan jika itu penting untuk
kita, kita akan mengalami dissonansi yang lebih besar. Jika kesehatan
tidak penting, pengetahuan bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan
kemungkinan tidak mempengaruhi perilaku perokok secara aktual.
Bagaimana
kita terkait dengan dissonansi kognitif ini ? Festinger mengemukakan
sejumlah metode. Pertama, kita bisa mengubah satu atau lebih elemen
kognitif, perilaku atau sikap mungkin. Sebagai contoh, sebagai seorang
perokok , kita bisa berhenti merokok atau kita bisa berhenti mempercayai
bahwa itu merusak kesehatan. Kedua, elemen baru mungkin ditambahkan
pada satu bagian ketegangan atau yg lain. Misalnya, kita bisa beralih
mengunyah cerutu. Ketiga, kita bisa sampai untuk melihat elemen sebagai
hal yang kurang penting daripada yang mereka gunakan. Contoh, kita
mungkin memutuskan bahwa kesehatan tidaklah sepenting kondisi pikiran.
Keempat, kita bisa mencari konsonan informasi seperti pembuktian
terhadap keuntungan merokok dengan membaca studi perusahaan cerutu.
Kelima, kita bisa mengurangi dissonansi dengan membuang atau
misinterpretasi informasi yang terlibat. Ini dapat terjadi jika kita
memutuskan bahwa meski merokok beresiko pada kesehatan, tidaklah
berbahaya sebagai weight yang akan kita capai jika kita berhenti
merokok. Tidak masalah metode mana yang akan kita pilih, itu semua akan
mengurangi dissonansi dan membuat kita merasa lebih baik dalam sikap,
kepercayaan, dan tindakan.
Kebanyakan teori dan riset mengenai
dissonansi kognitif disekitar situasi yang bervariasi dimana dissonansi
sebenarnya dihasilkan. Ini memasukkan situasi seperti pembuatan
keputusan, persetujuan yang terpaksa, inisiatif, dukungan sosial, dan
usaha yang sungguh-sungguh.
Jumlah dissonansi sebuah pengalaman
sebagai hasil keputusan bergantung pada empat variabel, pertama dan yang
terpenting yaitu keputusan. Keputusan tertentu, yaitu seperti
ketinggalan sarapan, mungkin tidak dan menghasilkan sedikit dissonansi,
tetapi membeli mobil dapat menghasilkan banyak dissonansi.
Variabel
kedua adalah sifat menarik alternatif yang dipilih. Hal lain yang mirip,
bahwa semakin kurang atraktif alternatif pilihan, semakin besar
dissonansi. Kita kemungkinan akan menderita lebih banyak dissonansi dari
membeli mobil butut daripada mobil yang masih mulus.
Ketiga, semakin
besar sifat atraktif yang diketahui dari alternatif yang dipilih,
semakin terasa dissonansi. Jika kita berharap kita dapat menabung untuk
pergi ke Eropa disamping membeli mobil, kita akan menderita dissonansi.
Akhirnya,
semakin tinggi tingkat similaritas atau tumpang tindih diantara
alternatif, semakin kurang dissonansi. Jika kita berdebat diantara dua
mobil yang sama, membuat keputusan dengan bertujuan pada salah satu
tidak akan menghasilkan banyak dissonansi, tetapi jika kita memutuskan
antara membeli mobil dan pergike Eropa, kita akan memiliki banyak
dissonansi.
Situasi lain dimana disonansi cenderung berhasil yaitu
paksaan kesepakatan, atau dipengaruhi untuk melakukan atau mengatakan
sesuatu yang berlawanan dengan kepercayaan atau nilai kita. Situasi ini
biasanya terjadi ketika reward terlibat untuk sepakat atau hukuman
jika tidak sepakat. Teori dissonansi meramalkan bahwa semakin sedikit
tekanan untuk patuh, semakin besar dissonansi. Jika kita diminta untuk
melakukan sesuatu yang kita tidak suka melakukan tetapi kita dibayar
banyak, kita tidak akan merasa banyak dissonansi seperti jika kita
dibayar lebih sedikit.
Semakin sedikit justifikasi eksternal (seperti
ganjaran dan hukuman), semakin banyak kita harus fokus pada
inkonsistensi internal dalam diri kita. Inilah mengapa menurut teoritisi
dissonansi, tekanan sosial yang ‘lunak’ dapat begitu kuat: dapat
menyebabkan banyak dissonansi. Ini juga menjelaskan mengapa kita harus
mengambil kerja yang bergaji tinggi meski kita tidak suka. Bayaran
tinggi dapat dipakai sebagai justifikasi untuk melakukannya.
Teori
dissonansi juga membuat beberapa prediksi lain. Teori itu meramalkan,
misalnya, bahwa semakin sulit inisiatif seseorang terhadap kelompok,
semakin besar komitmen orang itu untuk berkembang. Semakin banyak
dukungan sosial yang seseorang terima dari teman terhadap ide atau
tindakan, semakin besar tekanan untuk percaya pada ide atau tindakan
itu. Semakin besar jumlah usaha yang diterapkan dalam tugas, semakin
orang akan merasionalisasi nilai tugas tersebut.
Rokeach: Sikap,
Kepercayaan, dan Nilai. Salah satu teori yang paling komprehensif
mengenai sikap dan perubahannya yaitu milik Milton Rokeach. Dia
mengembangkan penjelasan yang meluas mengenai perilaku manusia
berdasarkan kepercayaan, sikap dan nilai.
Rokeach percaya bahwa
setiap orang mempunyai sistem yang tersusun dengan baik atas
kepercayaan, sikap dan nilai, yang menuntun perilaku. Belief adalah
ratusan atau ribuan pernyataan yang kita buat mengenai diri dan dunia.
Kepercayaan dapat bersifat umum ataupun khusus, dan itu disusun dalam
sistem dalam hal sentralitas atau pentingnya terhadap ego. Pada pusat
sistem kepercayaan yang dibangun dengan baik itu, kepercayaan yang
secara relatif tidak dapat berubah yang membentuk inti sistem
kepercayaan. Pada pinggiran sistem terbentang sejumlah kepercayaan yang
tidak signifikan yang dapat mudah berubah. Percaya bahwa orang tua kita
bahagia dalam perkawinan kemungkinan cukup penting, karena dampaknya
yaitu banyak hal lain yang kita anggap benar. Percaya bahwa kita perlu
potong rambut, di sisi lain, adalah sampingan.
Semakin penting
kepercayaan, semakin resisten untuk berubah dan semakin perubahan itu
berdampak terhadap keseluruhan sistem. Dengan kata lain, jika salah satu
pusat kepercayaan kita berubah, mengharap perubahan yang agak mendalam
mengenai bagaimana kita memikirkan tentang banyak hal. Inilah mengapa
anak begitu terguncang ketika orang tua yang mereka asumsikan memiliki
perkawinan yang bahagia itu bercerai.
Attitude adalah kelompok
kepercayaan yang disusun disekitar obyek fokal dan menyarankan pada
orang untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap obyek tersebut.
Kita mempunyai ratusan bahkan ribuan kepercayaan dan mungkin ribuan
sikap, yang masing-masing mengandung sejmlah kepercayaan mengenai sikap
obyek.
Rokeach percaya sikap merupakan dua jenis penting yang harus
selalu dipandang bersamaan. Terdapat sikap terhadap obyek dan sikap
terhadap situasi. Perilaku orang dalam situasi tertentu merupakan fungsi
dari kedua kombinasi ini. Jika kita tidak berperilaku dalam situasi
yang berlaku secara konsisten dengan sikap kita terhadap hal tertentu,
itu kemungkinan karena sikap kita terhadap situasi mencegahnya. Contoh
untuk jenis inkonsistensi ini yaitu makan makanan yang kita tidak suka
saat kita dijamu makan sebagai tamu. Poin disini bahwa perilaku
merupakan fungsi dari berbagai rangkaian sikap, dan sistem terdiri atas
banyak kepercayaan yang berkumpul dalam sentralitasnya.
Rokeach
percaya bahwa konsep tersebut dalam menjelaskan perilaku, nilai orang
merupakan yang paling penting.value adalah tipe kepercayaan khusus yang
penting dalam sistem dan bertindak sebagai penuntun kehidupan. Nilai
ada dua macam, nilai instrumental seperti kerja keras dan kesetiaan,
merupakan garis penuntun bagi kehidupan yang menjadi dasar perilaku
sehari-hari. Nilai terminal adalah ujung tujuan kehidupan terhadap mana
kita bekerja. Contoh antara lain kesehatan dan kebahagiaan.
Komponen
lain dalam sistem kepercayaan-sikap-nilai yang mengasumsikan keseluruhan
yang sangat penting yang konsep diri, kepercayaan orang mengenai diri.
Ini merupakan jawaban atas pertanyaan Siapa saya ?. konsep diri secara
khusus penting dalam sistem sebagai ujung tujuan keseluruhan sistem
seseorang. Jadi, jika kepercayaan, sikap, dan nilai menyatakan komponen
sistem, konsep diri adalah yang menuntun tujuannya.
Rokeach pada
dasarnya teoritisi konsistensi. Dia memasukkan sejumlah hipotesis
signifikan mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai, tetapi dia
menyimpulkan bahwa orang dituntun oleh kebutuhan untuk konsisten dan
bahwa inkonsistensi menciptakan tekanan untuk berubah. Rokeach
memperluas penjelasannya mengenai konsistensi paling jauh dibandingkan
teori lain dalam aliran ini. Dengan meletakkan sistem keseluruhan
menjadi pertimabngan, dia melihat konsistensi sebagai hal yang sangat
kompleks.
• teori pertukaran social: masuk teori komunikasi kelompok
• teori self disclosure
Disclosure
dan understanding merupakan tema penting dalam teori komunikasi pada
tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagian besar sebagai konsekuensi aliran
humanistik dalam psikologi, sebuah ideologi “honest communication”
muncul, dan beberapa dari pemikiran kita tentang apa yang membuat
komunikasi interpersonal itu baik dipengaruhi oleh gerakan ini. Didorong
oleh karya Carl Rogers, disebut Third Force begitu dalam psikologi
menyatakan bahwa tujuan komunikasi adalah meneliti pemahaman diri dan
orang lain dan bahwa pengertian hanya dapat terjadi dengan komunikasi
yang benar.
Menurut psikologi humanistik, pemahaman interpersonal
terjadi melalui self-disclosure, feedback, dan sensitivitas untuk
mengenal / mengetahui orang lain. Misunderstanding dan ketidakpuasan
dalam hubungan diawali oleh ketidakjujuran, kurangnya kesamaan antara
tindakan seseorang dengan perasaannya, miskin feedback, serta self
disclosure yang ditahan.
Banyak riset pengenalan diri muncul dari
gerakan humanistik ini. Seorang teoritisi yang menggali proses
self-disclosure ini adalah Sidney Jourard. Uraiannya bagi kemanusiaan
sifatnya terbuka dan transparan. Transparansi berarti membiarkan dunia
untuk mengenal dirinya secara bebas dan pengenalan diri seseorang pada
orang lain. Hubungan interpersonal yang ideal menyuruh orang agar
membiarkan orang lain mengalami mereka sepenuhnya dan membuka untuk
mengalami orang lain sepenuhnya.
Jourard mengembangkan gagasan ini
setelah mengamati bahwa sakit mental cenderung tertutup bagi dunia. Dia
menemukan bahwa mereka menjadi sehat ketika mereka bersedia mengenalkan
dirinya pada ahli terapi. Kemudian, Jourard menyamakan kesakitan
(sickness ) dengan ketertutupan dan kesehatan dengan transparansi.
Jourard melihat pertumbuhan –pergerakan orang menuju cara berperilaku
yang baru- sebagai hasil langsung dari keterbukaan pada dunia. Orang
yang sakit sifatnya tetap dan stagnan; pertumbuhan orang akan sampai
pada posisi hidup baru. Selanjutnya, perubahan merupakan esensi dari
pertumbuhan personal.
Personal growth melekat pada komunikasi
interpersonal sebab dunia merupakan sosial yang sangat luas. Untuk
menerima perubahan seseorang itu sendiri meminta kita untuk menetapkan
bahwa kita juga diterima oleh orang lain. Pertumbuhan akan sulit jika
orang-orang di sekitar kita tidak membuka untuk penerimaan kita sendiri.
Sekarang
kita mengerti self-disclosure sebagai proses yang lebih kompleks
daripada yang dilakukan pada tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagai contoh
pemikiran terbaru atas subyek ini, Sandra Petronio meletakkan secara
bersamaan serangkaian ide mengenai kompleksitas self-disclosure dalam
relationship. Teori ini berdasar pada risetnya sendiri dan survey pada
sejumlah banyak kajian lain dengan topik pengembangan hubungan dan
disclosure. Dia menerapkan teori ini pada pasangan yang menikah
khususnya, selain juga dapat diterapkan pada bermacam-macam; hubungan.
Menurut
Petronio, individu terlibat dalam hubungan secara konstan menjadi
bagian dalam proses pengaturan yang membatasi antara publik dan privat,
antara perasaan dan pikiran yang mereka mau berbagi dengan sang patner
dengan perasaan dan pikiran yang tidak mau mereka bagi. Permainan
diantara kebutuhan untuk berbagi dan kebutuhan untuk melindungi diri ini
sifatnya konstan dan mendorong pasangan untuk membicarakan dan
mengkoordinasi batasan mereka. Kapan kita diketahui dan kapan tidak ?
dan ketika pasangan memberitahukan informasi personal, bagaimana kita
merespon ?
Ketika orang memberi tahu sesuatu, dia sedang membuat
permintaan pada orang lain untuk meresponnya dengan sesuai. Demand /
permintaan dan respond perlu dikoordinasi. Ketika kita memberi tahu
sesuatu pada patner kita, dia dapat merespon dalam cara yang membantu
kualitas hubungan dan kebahagiaan atau dalam cara yang tidak begitu.
Selanjutnya,
pengaturan batasan memerlukan pertimbangan dan pikiran. Orang membuat
keputusan mengenai bagaimana dan kapan untuk memberi tahu, dan mereka
memutuskan mengenai bagaimana merespon permintaan orang lain.
Bermacam-macam strategi langsung dan tidak langsung dapat diusahakan,
dan problem yang berulang bagi pasangan yaitu mengkoordinasi jenis-jenis
disclosure dan respon yang mereka gunakan. Contoh, ketika kita membuat
disclosure yang langsung dan jelas, kita biasanya menginginkan respon
yang juga langsung dan jelas, dan ketika kita membuat disclosure yang
samar dan implisit, kita mungkin ingin diberi lebih banyak waktu untuk
mendalami situasi, mungkin secara coba-coba, dengan patner kita.
Sejauh
ini, semua teori yang dibahas menunjukkan bagaimana pentingnya
informasi dalam penguatan hubungan. Kita kadang-kadang memantau
informasi yang disediakan oleh orang lain dan memberi informasi mengenai
diri kita sendiri.
• teori penetrasi sosial
Salah satu
proses yang paling luas dikaji atas perkembangan gubungan adalah
penetrasi sosial. Secara garis besar, ini merupakan ide bahwa hubungan
menjadi labih akrab seiring waktu ketika patner memberitahukan semakin
banyak informasi mengenai mereka sendiri. Selanjutnya, social
penetration merupakan proses peningkatan disclosure dan keakraban dalam
hubungan.
Gerald Miller dan rekannya secara literal mengartikan
komunikasi interpersonal dalam term penetrasi. Semakin bertambah yang
saling diketahui oleh masing-masing komunikator, semakin bertambah
karakter interpersonal yang berperan dalam komunikasi mereka. Semakin
sedikit yang mereka ketahui tiap personnya, semakin impersonal
komunikasi itu. Komunikasi interpersonal karenanya merupakan beragam
proses penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial yang paling terkenal
yaitu milik Altman dan Taylor.
Original Social Penetration
Theory. Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengenalkan istilah penetrasi
sosial. Manurut teori mereka, karena hubungan itu berkembang, komunikasi
bergerak dari level yang relatif sedikit dalam, tidak akrab, menuju
level yang lebih dalam, lebih personal. Personalitas komunikator dapat
diperlihatkan melalui lingkungan dengan lapisan tiga dimensi; memiliki
jarak (breadth) dan kedalaman (depth). Breadth merupakan susunan yang
berurutan atau keragaman topik yang merasuk kedalam kehidupan individu.
Depth adalah jumlah informasi yang tersedia pada tiap topik. Pada jarak
terjauh akan merupakan level komunikasi yang dapat dilihat, seperti
berpakaian dan bicara. Didalamnya merupakan detil privat yang meningkat
mengenai kehidupan, perasaan, serta pikiran partisipan. Karena hubungan
itu berkembang, patner berbagi lebih banyak atas diri, menyediakan
breadth sebaik depth, melalui pertukaran informasi, perasaan dan
aktivitas.
Komunikasi kemudian dibantu oleh pemakaian level-level.
Pada saat level tertentu tercapai, dibawah kondisi yang memungkinkan
sepasang patner berbagi dalam meningkatkan breadth pada level tersebut.
Contohnya, setelah kencan beberapa saat pasangan yang menikah bisa
mulai mendiskusikan tindakan berpasangan selanjutnya, dan makin
bertambah informasi mengenai langkah berpasangan selanjutnya akan
diperlihatkan / diberitahu sebelum bergerak bahkan menuju level
disclosure yang lebih dalam semisal sejarah seksual.
Teori Altman dan
Taylor didasarkan dalam sebagian besar dari satu ide yang paling
populer dalam ilmu sosial –bahwa hubungan akan berhasil ketika secara
relatif memperoleh ganjaran ( rewarding ) dan akan berhenti ketika
secara relatif mengeluarkan biaya ( cost ). Proses ini dikenal sebagai
pertukaran sosial. Menurut Altman dan Taylor, pasangan relasional bukan
hanya mengandung reward dan cost atas hubungan pada saat tertentu,
tetapi juga menggunakan informasi yang mereka cari untuk meramalkan
reward dan cost di waktu mendatang.
Jika patner menilai bahwa reward
secara relatif lebih besar dari cost, mereka akan beresiko lebih banyak
disclosure yang mempunyai potensi gerakan partisipan menuju level
keakraban yang lebih dalam. Semakin besar reward yang diketahui relatif
terhadap cost, semakin cepat penetrasi. Altman dan Taylor menemukan
bahwa penetrasi tercepat cenderung terjadi dalam langkah awal
perkembangan ketika reward cenderung malampaui cost.
Terdapat empat
langkah perkembangan hubungan. Orientation mengandung komunikasi
impersonal, dimana seseorang memberitahu hanya informasi yang sangat
umum mengenai dirinya sendiri. Jika tahap ini menghasilkan reward pada
partisipan, mereka akan bergerak menuju tahap berikutnya, the
exploratory affective exchange , dimana perluasaan / ekspansi awal
informasi dan gerakan menuju level lebih dalam dari disclosure itu
terjadi. Tahap ketiga, affective exchange memusatkan pada perasaan
evaluatif dan kritis pada level yang lebih dalam. Tahap ini tidak akan
dimasuki kecuali jika patner menyadari reward substansial yang relatif
terhadap cost dalam tahap lebih awal. Akhirnya, stable exchange adalah
keakraban yang sangat tinggi dan mengijinkan patner untuk meramalkan
setiap tindakan pihak lain dan menanggapinya dengan sangat baik.
Altman
dan Taylor menunjukkan bahwa perkembangan hubungan bukan hanya
melibatkan peningkatan penetrasi sosial. Juga terlalu sering melibatkan
keakraban yang menurun, ketidakteraturan, dan tanpa solusi. Altman dan
Taylor menyarankan bahwa reward terkurangi dan cost meningkat pada
level komunikasi yang lebih akrab, proses penetrasi sosial akan
terbentuk dan hubungan akan mulai mengambil bagian.
Modifikasi
terhadap penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial orisinal penting
dalam memusatkan perhatian kita pada pengembangan hubungan sebagai
proses komunikasi. Terdapat banyak kebenaran terhadap ide bahwa hubungan
menjadi lebih dekat jika informasi dibagi, dan bahwa perkembangan
secara parsial merupakan proses peningkatan keakraban. Pada saat yang
sama, teori original tersebut dianggap terlalu sederhana.
Kebanyakan
siswa perkembangan hubungan sekarang ini percaya bahwa penetrasi sosial
sifatnya berputar, sebagai proses dialektis. Disebut berputar ( cyclical
) sebab berlangsung dalam bentuk siklus timbal-balik, serta disebut
bersifat dialektis karena melibatkan pengaturan pertentangan /
ketegangan antara lawan-lawannya.
Sebuah dialectic adalah ketegangan
antara dua atau lebih elemen yang berlawanan dalam sistem yang pada
akhirnya kadang-kadang meminta resolusi. Analisa dialektis melihat cara
sistem berkembang atau berubah, bagaimana ia bergerak, dalam merespon
ketegangan. Dan ia melihat strategi tindakan yang dipakai sistem untuk
menyelesaikan kontradiksi.
Altman dan rekannya sekarang menyatakan
bahwa dialektik ini biasanya diatur dalam sebuah istilah panjang
hubungan oleh semacam siklus yang dapat diramalkan. Dengan kata lain,
karena hubungan itu berkembang, keterbukaan dan ketertutupan yang
berputar pada pasangan nikah mempunyai pengaturan tertentu atau ritme
yang dapat diramalkan. Pada saat yang sama, dalam beberapa hubungan yang
dikembangkan, perputaran yang terjadi lebih besar dibadingkan hubungan
yang kurang dikembangkan. Hal ini sebab, konsisten dengan perkiraan
dasar teori penetrasi sosial, hubungan yang dikembangkan rata-rata
lebih diterima.
Untuk mengetes ide ini, analisa Arthur VanLear
menunjukkan bahwa dalam percakapan pasangan nikah siklus keterbukaan
terjadi dan beberapa sinkronisasi juga terjadi. Sebagai perbandingan,
juga diamati kelompok pelajar yang ternyata juga mencerminkan hal yang
sama. Kedua kajian tersebut menunjukkan bahwa siklus tersebut terjadi,
bahwa sifatnya kompleks, bahwa patner mengenal siklus mereka, dan bahwa
penggabungan dan sinkronisasi seringkali terjadi. Penting untuk dicatat,
ternyata bahwa jumlah sinkroni tidak sama pada tiap pasangan, yang
berarti bahwa terdapat perbedaan antar pasangan dalam kemampuan mereka
untuk mengkoordinasi siklus self-disclosure
Sumber : http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/teori-komunikasi-interpersonal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar