TUGAS 59
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran
(tuna rungu), tuna netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik
komunikator maupun komunikan harus saling berkomunikasi secara maksimal.
Bantuan panca indera juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh: Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia
lanjut. Dalam hal ini maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi
bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat harus lebih memaksimalkan
volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna rungu. Begitu pula
halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara maka
sebaiknya ia mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan,
gerakan mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan.
Atau si pasien tuna wicara isa membawa rekan untuk menerjemahkan pada si
komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata
(denotatif). Jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa,
baik bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun komunikan.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
- Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi
- Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki)
- Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang
berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang
menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan
panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif maka komunikasi kita gagal.
HAMBATAN PSIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI
Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi dibagi menjadi 4 :
- Perbedaan kepentingan atau interest
Kepentingan atau interst akan membuat seseorang selektif dalam
menganggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan
perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
Effendi (1981: 43) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita
tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun,
maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin
dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita
dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan
kemudian. Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya
mempengaruhi kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan,
pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa
bersifat heterogen. Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan yang keseluruhannya akan menimbulkan
adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan atau interest komunikan dalam
suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan
pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian, komunikan melakukan
seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang
komunikator. Masalahnya, apabila komunikator ingin agar pesannya dapat
diterima dan dianggap penting oleh komunikan, maka komunikator harus
berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan
dari komunikan.
- Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka
sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada
komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media
massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang
controversial, reputasinya baik artinya ia tidak pernah terlibat dalam
suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengan kata lain
komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas
yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
- Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat
negative (Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya
berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki
stereotip tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan
apapun tidak dapat diterima oleh komunikan.
- Motivasi
Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu (Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi
tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap
pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
Motif dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Motif Tunggal
Contoh: Motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh informasi.
- Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain
motif menonton televisi adalah untuk memperolh informasi sekaligus
mengisi waktu luang.
UPAYA-UPAYA DALAM MENGATASI HAMBATAN BERKOMUNIKASI
Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
- Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut pada si komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang si komunikator bicarakan.
Contoh: Perawat bertanya pada pasien “Apakah sudah mengerti, Pak?”
- Meminta penjelasan lebih lanjut
Sama halnya dengan poin pertama hanya saja disini si komunikator
lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu
ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
- Mengecek umpan balik atau hasil
Memancing kembali si komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau pesan yang telah disampaikan kepada komunikan.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?” Sebelumnya si komunikator telah berpesan pada komunikan untuk meminum obat.
- Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
- Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
Dalam hal ini komunikator lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini (keluhan
tentang penyakitnya).
- Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Si komunikator sebaiknya menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan
pasien (atau yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak
membuang-buang waktu.
Sumber : http://hayyunaafy.wordpress.com/my-document/hambatan-komunikasi/